Surat dari Anak Kepala Suku Berbagi Ilmu : LDR's Post!
Holla Everyone!
Beberapa waktu lalu, Saya menerima email dari Kapten Bardin, Kapten Kapal Gurano Bintang. Sebagai Community Outreach Officer Site TNTC Papua Program, Dan sekarang gantian Kuriani Wartanoi mengirimi saya email, Ia termasuk salah seorang staf WWF yang sering menaiki kapal kayu.
Dalam melakukan tugas, Ia berlayar bersama Gurbin, sebutan akrab Kapal Gurano Bintang untuk melakukan perjalanan dengan target sekitar tujuh desa, yaitu lima desa di Teluk Wondama dan dua desa di Nabire. Sekali perjalanan biasanya ditempuh sekitar 21 hari. Namun kenyataannya, ada lebih banyak desa yang dikunjungi karena besarnya keinginan masyarakat untuk dibantu dan didatangi oleh tim outreach dari Kapal Gurano Bintang. Hingga saat ini hampir 30 desa atau kampung di kawasan TNTC yang telah dikunjungi oleh Gurano Bintang dan beberapa kampung lain di luar kawasan TNTC.
Ia adalah anak Kepala Suku dari suku Napan-Weinami di pesisir Nabire Timur, di daerah Napan. Sebagai orang asli Papua dan anak kepala suku dari salah satu suku di wilayah Nabire Timur, Ia memiliki harapan besar untuk Papua dan masyarakatnya. Semoga apa yang mereka sampaikan ke masyarakat dapat mereka implementasikan langsung di lapangan. Contoh kecilnya adalah tidak lagi membuang sampah di laut, karena laut sudah menjadi sumber hidup bagi sebagian besar masyarakat pesisir. Selain itu,Ia juga berharap agar masyarakat makin sadar dan paham ketika ada pihak luar yang berusaha melakukan intervensi dalam kegiatan konservasi.
Hal paling menghangatkan hati saya adalah ketika Ia menyambut anak-anak yang ingin belajar tentang lingkungan hidup di atas Gurbin. Dengan lembar kerja siswa, film, dan papan informasi, Ia menjelaskan kepada mereka tentang ekosistem pesisir, satwa laut yang dilindungi, dan bagaimana mereka dapat turut menjaganya. Berbekal makanan kecil dan permen, obrolan hangat bersama anak-anak pun terjalin. Namun Ia selalu memastikan bahwa bungkus makanan dan permen dibuang di tempat sampah dan tidak dibuang di laut oleh anak-anak. Ini juga merupakan salah satu hal yang ingin diterapkan kepada anak-anak agar mereka menjaga ekosistem laut.
Apabila anak-anak tidak dapat mengunjungi Gurbin, mereka yang akan mengunjungi kampung mereka. Saya merasa prihatin ketika Ia bercerita melihat kondisi sekolah dasar di salah satu kampung yang pernah mereka kunjungi yang hanya memiliki seorang guru untuk enam kelas. Karena kekurangan guru, ada anak kelas 6 SD yang belum lancar baca tulis. Mereka mau mengeja nama saja lama dan kaku sekali. Pernah sekali, ketika belajar bersama dengan anak-anak di salah satu kampung di wilayah Nabire, Ia menyuruhnya untuk mengeja namanya. Karena belum bisa, ia sampai meneteskan air mata, dan dia pun merasa bersalah sekali karena telah menyuruhnya untuk harus mengeja namanya jika ingin mendapat hadiah. Tapi mereka punya cita-cita tinggi. Ada yang ingin jadi kapten kapal, ada yang ingin jadi dokter. Rekan saya terharu sekali melihat itu. Karena kondisi tersebut, mereka harus menyesuaikan materi Pendidikan Lingkungan Hidup yang ingin disampaikan.
Semua yang mereka sampaikan lakukan ini dapat terlaksana berkat keberadaan Kapal Gurano Bintang yang dengan setia beroperasi di sekitar Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Kapal Gurano Bintang yang istimewa di hati dan membantu menjaga alam supaya lestari.
Terimakasih Ibu Kuriani Wartanoiselaku Community Outreach Officer Site TNTC Papua Program, WWf-Indonesia yang sudah berbagai cerita konservasi dengan saya, Amat sangat berbahagia membaca kabar semangat membara dari rekan-rekan WWF,
Terimakasih Ibu Kuriani Wartanoiselaku Community Outreach Officer Site TNTC Papua Program, WWf-Indonesia yang sudah berbagai cerita konservasi dengan saya, Amat sangat berbahagia membaca kabar semangat membara dari rekan-rekan WWF,
Komentar
Posting Komentar